{[['']]}
Berhati-hatilah memberi obat kepada anak, terutama bayi. Parasetamol cair untuk anak di bawah usia lima tahun misal, bila diberikan kepada bayi akan berisiko kelebihan dosis.
Situasi itu ternyata diperparah oleh ketidakmampuan orang tua memberi anak-anak mereka dosis tepat dari obat cair, demikian klaim para periset Australia. Menggunakan sendok makan biasa untuk mengukur--sebagai satu kebiasaan--dianggap berpotensi membahayakan anak-anak, demikian ungkap mereka.
Anak-anak di bawah usia lima tahun adalah kelompok paling berisiko mengalami overdosis. Berdasar sebuah studi yang dilakukan di Lisbon terhadap 97 oran dewasa mengungkap 61 persen dari mereka salah mengukur dosis dengan rincian, 17 persen dari 61 persen kelebihan mengukur dosis dan 44 persen sisanya tidak cukup memberi dosis.
Ilmuwan dari Universitas Sidney, Dr Rebekah Moles, meminta 97 orang yang mengunjungi pusat pengasuhan anak untuk balita di kota mengikuti studi tersebut. Komposisi responden yakni, 53 persen adalah ibu, tujuh orang lagi adalah ayah dan sisanya staf di pusat pengasuah tersebut.
Periset memberi mereka kuis sejumlah skenario, yang menanyakan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Sebagai contoh, mereka diberitahu bahwa anak terkecil mengalami panas tinggi dan demam namun tetap minum, makan dan bahkan bermain.
Kemudian beberapa obat penyembuhan diberikan dalam kuis bersama dengan pilihan sendok dan peralatan pengukur dosis lain. Para relawan diminta memilih pada kondisi mana mereka akan menggunakan obat untuk anak mereka dan bagaimana cara mengukur dosis tersebut.
Berdasar seluruh skenario yang diberikan dalam kusi, kata Moles, 61 partisipan ternyatan memberi dosis tidak tepat. "Bahkan kami menemukan 7 persen relawan akan memberi obat tanpa memeriksa dulu temperatur si bocah sedangkan 46 persen akan memberi obat ketika temperatur kurang dari 38 derajat Celsius," ujarnya. Total, kata dia, hanya 14 persen yang mampu menjawab skenario pengobatan dengan tepat.
"Kami terkejut sekaligus prihatin atas temuan ini. Setiap orang ternyata berpikir obat-obatan tentunya aman karena mereka dapat dibeli di toko tanpa resep," ujarnya.
Sebagai contoh, seorang orang tua berkata pada periset bahwa Panadol (penghilang nyeri berbasis parasetamol) yang mudah diperoleh, tak akan berbahaya bila dosis digandakan. "Kondisi ini mendesak untuk dikaji ulang agar orang tua tak mudah memberi obat yang dijual bebas kepada anak-anak tanpa perhatian," ujar Moles.
"Kami mendapat pengakuan itu dengan cara menjadikan seorang periset sebagai pembeli misterius dengan mendatangi farmasi. Kami melihat saran apa yang diberikan apoteker ketika kami mengajukan skenario seperti dalam kuis," tutur Moles.
Neal Patel, pakar farmasi dari Masyarakat Farmasi Inggris, mengatakan sungguh penting untuk orang tua memberi anak mereka dosis yang tepat. "Jika mereka tidak yakin terhadap dosis bagi anak-anaknya mereka harus melihat petunjut pada kemasan atau mencari saran dari apoteker setempat," ujarnya.
"Obat-obatan selalu dipasok dalam kemasan yang menandakan untuk anak dan orang tua seharusnya dapat mencegah kecelakaan overdosis terhadap anak-anak dengan selalu menempatkan obat di luar jangkauan dan mata anak," ujarnya Patel menekankan.
"Obat harus diberikan dengan seksama menggunakan sendok takar atau pengukur dosis lain, demi memastikan anak tidak menerima dosis lebih atau kurang dari yang dianjurkan," ujarnya.
"Sendok makan biasa tak seharusnya digunakan sebagai pengganti sendok takar, karena mereka tidak bisa mengukur jumlah obat cair secara akurat," imbuhnya. Riset terhadap 97 orang dewasa itu dijadwalkan untuk dipublikasikan pada publik pada pekan ini.
sumber : republika online