{[['']]}
Psikiater Rebecca Gladding, MD, adalah penulis “You are Not Your Brain: The 4-Step Solution for Changing Bad Habits, Ending Unhealthy Thinking, and Taking Control of Your Life”. Kini, ia menggambarkan pada kita tentang enam kebiasaan buruk dalam hubungan cinta dan cara mengatasinya. Mau tahu? Yuk simak ulasannya di bawah ini!
1. Argumen kosong
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Ketika Anda telah memutuskan bersama dengannya, maka terima dia apa adanya. Argumen kosong seputar usaha mengubah perilaku atau kebiasaan pasangan, membuat jurang yang semakin dalam di antara kalian.
2. Pria punya banyak kebiasaan buruk
Ini memang bukan rahasia umum. Pria cenderung memiliki lebih banyak kebiasaan buruk, yang sering dikomplain oleh para wanita. Meskipun demikian, Anda tak sungguh-sungguh harus mengomeli pasangan setiap saat. Hal-hal sepele seperti ini bisa membuat hubungan kalian jadi retak lho.
3. Membuat asumsi
Berhentilah membuat asumsi tentang pasangan Anda. Terkadang, sesuatu yang hanya tersirat bisa berkembang menjadi kecemasan yang tidak sehat. Alhasil, Anda akan selalu berpikir negatif tentang hubungan cinta kalian.
4. Selalu mencari jaminan
Anda mungkin bisa menanyakan tentang masa depan hubungan kalian. Setiap pasangan tentu ingin tahu apa yang akan terjadi pada hubungan mereka. Namun, haruskah Anda selalu menanyakannya berulang kali? Dia mungkin akan jenuh dengan semua pertanyaan Anda dan meragukan kepercayaan Anda padanya.
5. Sering memeriksa inbox SMS atau Email
Kepercayaan adalah komponen terpenting dari sebuah hubungan cinta. Anda mungkin bisa memeriksa inbox-nya sekali atau dua kali, tetapi tidak berulang kali. Kecuali, jika Anda merasa ada sesuatu yang janggal dengan perilaku pasangan.
6. Bertengkar lewat media eletronika
Plis deh! Apa Anda akan terus melakukannya? Ketika ada masalah, segera selesaikan secara face-to-face dengan pasangan. Jangan mengumbar masalah melalui media eletronika seperti sosial media atau pun ponsel.
Cinta itu mudah dipahami, ketika Anda benar-benar mau menyelaminya. Tanpa ego, tanpa gengsi, dan tanpa banyak alasan. Cinta hanya butuh sebuah ketulusan untuk saling berbagi rasa.