{[['']]}
Keputusan pengurus kota untuk menurunkan kualitas masakan dari seorang juru masak berbakat di sebuah sekolah telah mengundang protes para siswa dan orang tua murid.
Sebuah sekolah di Falun, Swedia, terkenal karena menu makan siangnya yang lezat dan segar. Semua berkat kepandaian memasak dari Annika Eriksson, juru masak kantin di sekolah tersebut.
Masakan Eriksson memang spesial. Ia lebih suka memanggang rotinya sendiri daripada menggunakan roti jadi dari supermarket. Sebagai pendamping masakan berprotein seperti ayam, udang, dan sapi, Eriksson juga menyediakan banyak pilihan sayur-mayur agar semua murid dapat memilih sayur mana yang mereka suka.
Namun semua kekreatifitasannya itu ternyata tidak dapat diterima oleh semua orang. Pengurus kota setempat belum lama ini mengajukan protes agar kualitas masakan di sekolah tempat Eriksson bekerja dapat dikurangi.
Alasannya cukup menggelikan, yaitu agar anak di sekolah lain tidak merasa iri karena tidak berkesempatan mendapatkan makan siang seenak masakan Eriksson. Menurut mereka hal ini "tidak adil".
Pengawas diet dari sekolah Eriksson, Katarina Lindberg, menerima aduan protes tersebut dan menjawab bahwa dirinya akan memastikan agar kualitas masakan di sekolah itu menjadi setara dengan kualitas masakan di sekolah lainnya.
Setelah itu, hidangan sayur-mayur di kantin akan dikurangi setengahnya dan roti segar panggangan Eriksson akan segera diganti dengan roti dari toko.
Jawaban tersebut segera mengundang kemarahan para siswa dan orang tua murid. Mereka menganggap kebijakan dari pengurus kota itu adalah sesuatu yang "tak berkenan".
Para murid di kelas empat kemudian meluncurkan sebuah petisi agar kebijakan ini segera dicabut dan Eriksson dapat mencurahkan seluruh semangat memasaknya seperti dulu lagi.
Sebuah sekolah di Falun, Swedia, terkenal karena menu makan siangnya yang lezat dan segar. Semua berkat kepandaian memasak dari Annika Eriksson, juru masak kantin di sekolah tersebut.
Masakan Eriksson memang spesial. Ia lebih suka memanggang rotinya sendiri daripada menggunakan roti jadi dari supermarket. Sebagai pendamping masakan berprotein seperti ayam, udang, dan sapi, Eriksson juga menyediakan banyak pilihan sayur-mayur agar semua murid dapat memilih sayur mana yang mereka suka.
Namun semua kekreatifitasannya itu ternyata tidak dapat diterima oleh semua orang. Pengurus kota setempat belum lama ini mengajukan protes agar kualitas masakan di sekolah tempat Eriksson bekerja dapat dikurangi.
Alasannya cukup menggelikan, yaitu agar anak di sekolah lain tidak merasa iri karena tidak berkesempatan mendapatkan makan siang seenak masakan Eriksson. Menurut mereka hal ini "tidak adil".
Pengawas diet dari sekolah Eriksson, Katarina Lindberg, menerima aduan protes tersebut dan menjawab bahwa dirinya akan memastikan agar kualitas masakan di sekolah itu menjadi setara dengan kualitas masakan di sekolah lainnya.
Setelah itu, hidangan sayur-mayur di kantin akan dikurangi setengahnya dan roti segar panggangan Eriksson akan segera diganti dengan roti dari toko.
Jawaban tersebut segera mengundang kemarahan para siswa dan orang tua murid. Mereka menganggap kebijakan dari pengurus kota itu adalah sesuatu yang "tak berkenan".
Para murid di kelas empat kemudian meluncurkan sebuah petisi agar kebijakan ini segera dicabut dan Eriksson dapat mencurahkan seluruh semangat memasaknya seperti dulu lagi.