{[['']]}
Penelitian yang dipublikasikan oleh American Psycological Association itu menemukan bahwa otak dari seorang ibu yang baru melahirkan akan semakin berkembang karena ia harus belajar menyesuaikan diri dengan anaknya yang baru lahir. Uniknya lagi, ibu yang mencurahkan segenap perhatian kepada anaknya akan mengalami perkembangan paling tinggi pada bagian utama dari otak, demikian di kutip The Telegraph edisi Rabu (20/10).
Para peneliti dari National Institute of Mental Health, di Maryland, Amerika Serikat memindai otak dari 19 perempuan yang melahirkan 10 bayi laki-laki dan sembilan bayi perempuan.
Perbandingan gambar hasil pemindaian yang dilakukan pada tiga sampai empat bulan setelah melahirkan, menunjukan bahwa volume 'grey matter' bertambah dalam jumlah yang meski kecil tetapi sangat signifikan pada beragam bagian otak.
'Grey matter' adalah komponen utama dari sistem syaraf pusat yang berfungsi untuk menyalurkan ransangan sensoris dan motoris antarneuron untuk meciptakan reaksi atas ransangan yang telah diterima tubuh.
Lazimnya pada orang dewasa, 'grey matter' tidak akan berubah dalam beberapa bulan tanpa proses belajar yang signifikan, cidera otak atau karena penyakit, dan akibat perubahan yang pada lingkungan.
Para peneliti berspekulasi bahwa tingkat hormon dan tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan tantangan setelah memiliki anak telah mendorong produksi sel otak.
Wilayah-wilayah dalam otak yang tercakup dalam perkembangan itu adalah pertama hypotalamus yang mengatur motivasi, kedua amygdala, indera, dan lobus parietal tempat proses penghormatan dan emosi, dan yang terakhir korteks prefrontal yang mengatur penalaran dan penilaian.
Menurut dua pakar ilmu syaraf, Dr Craig Kinsley dan Dr Elizabeth Meyer, motivasi untuk membesarkan anak dan karakter keibuan yang tampak dari seorang ibu mungkin bukan hasil dari insting tetapi lebih kepada hasil pengembangan otak.
Ibu yang sangat mencintai anaknya dan menjuluki buah hatinya itu sebagai si spesial, cantik, sempurna, ideal mengalami perkembangan otak yang lebih besar ketimbang mereka yang tidak begitu 'jatuh cinta' pada anaknya.
Meki penelitian itu masih harus diteliti kembali dengan jumlah sampel yang lebih banyak, penemuan itu telah menimbulkan pertanyaan tentang interaksi antara ibu dan anak.
sumber : Antara